Jangankita mengadakan keributan terhadap orang lain dan jangan kita iri hati satu sama lain. AMD: Kita tidak boleh menjadi sombong, jangan saling menyakiti hati, TSI3: Janganlah kita sombong dan berpikir, “Di mata Tuhan, aku lebih baik daripada saudara-saudari seiman yang lain.” Dan janganlah kita iri hati dengan merasa, “Orang lain IniPeringatan Keras Rasulullah SAW Terhadap Orang Sombong Friday, 19 Jun 2020 05:22 WIB. REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dikategorikan kesombongan. "Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." (HR Muslim) Celakanya, kerap kali kita tidak menyadarinya Orang sombong pun Berikutini merupakan 5 ciri-ciri orang sombong. Semoga bisa membantu kita untuk menjauhi sikap ini, ya! 1. Senang membicarakan diri sendiri. MENJAUHISIFAT SOMBONG. Oleh: Taufikurrahman diri diperlukan untuk mencegah agar kekeliruan masa lalu tidak terulang lagi. karena itu evaluasi atau muhasabah terhadap diri adalah bentuk usaha memperbaiki dan mengembangkan diri sendiri. Karena itu orang yang tidak pernah mengevaluasi dirinya sendiri cenderung bersikap kekanak-kanakan Vay Nhanh Fast Money. - Sifat sombong merupakan salah satu bagian dari kepribadian toksik karena kerap merendahkan orang lain. Apa saja sih ciri-ciri orang sombong? Orang yang sombong disebut sebagai orang yang paling merasa memiliki segalanya. Mulai dari pencapaian dan harta misalnya. Bahkan, orang yang sombong ini kerap menjatuhkan orang lain, terutama orang yang lebih lemah. Dalam buku Book of Toxic Relationship, psikolog dan penulis Tony Ibrahim menyebut ada lima ciri utama orang sombong. Apa saja? Arogan Baca Juga Terus Dicap Sombong oleh Netizen, Begini Tanggapan Inara Rusli Disebutkan, orang yang sombong memiliki sikap arogan terhadap orang lain. Mereka merasa paling benar sendiri di antara yang lain. Ilustrasi arogan dan sombong. Justin Mamelic.Bahkan, mereka sudah meremehkan usaha orang lain, sehingga mereka kurang memiliki sikap hormat. "Mereka juga sering mencari kesalahan orang lain, tidak komunikatif, egois, sering menghakimi, dan merasa lebih suci dari Anda," ungkap Tony. Bertindak seolah paling unggul Orang yang sombong kerap bertindak seolah dirinya paling unggul dibanding yang lain. Mulai dari pencapaian, harta, prestasi, sampai kinerja. Baca Juga Mengenal Istilah Transable Keinginan Seseorang untuk Mencacatkan Diri Sendiri Tentunya, orang sombong ini membuat dirinya merasa lebih penting dibanding orang sekelilingnya. Orang dengan perilaku sombong biasanya memiliki kepribadian yang narsistik. Selain sombong, kepribadian narsistik juga terlihat pada kurangnya empati, dan keinginan dikagumi secara berlebih. Lantas bagaimana jika kepribadian itu ada pada pasangan sendiri? Oleh Siti Sulbiyah Setiap kali berselisih dengan istrinya, Doni bukan nama sebenarnya kerap mengungkit latar belakang pendidikannya. Dia merasa latar belakang pendidikan dan universitas tempat ia mengenyam pendidikan jauh lebih baik dari pasangannya itu. Hal ini membuat dirinya merasa lebih pintar dan paling benar. Kondisi ini pernah dialami oleh seorang pasien yang berkonsultasi dengan Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog. Dewi menyebutkan sikap seperti itu muncul karena kepribadian yang narsistik. Kepribadian ini terlihat dari perilaku yang sombong, kurangnya empati terhadap orang lain, dan keinginan yang berlebihan untuk dikagumi. Orang dengan kondisi ini sering digambarkan sebagai orang yang sombong, egois, dan cenderung merasa paling benar. “Sombong bisa dikatakan bagian dari gangguan narsistik. Dalam sebuah hubungan, pasangan yang punya kepribadian ini menganggap dirinya jauh lebih penting, selalu ingin dibanggakan, tetapi empatinya kurang ke orang lain,” jelasnya. Dewi mengungkapkan orang sombong akan merasa paling superior dari pada orang lain, dan dia tak segan-segan menunjukkan kesalahan dari orang-orang di sekitarnya. Orang dengan kepribadian ini juga cenderung suka merendahkan orang lain. Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog Orang dengan perilaku sombong, lanjut Dewi, juga terlihat dari sulitnya menerima masukan atau kritik. Termasuk dari orang terdekat, tak terkecuali pasangan sendiri. Orang yang telah dikuasai oleh kesombongan cenderung terpaku pada dirinya sendiri dan bakal merasa direndahkan harga dirinya apabila mendapatkan saran dari orang lain. Justru ketika dikritik, orang seperti ini cenderung berbalik marah. “Setiap ada kritikan atau saran, dia mengelak, ada saja alasannya,” ucap psikolog yang praktik di RSJ Sui Bangkong Pontianak ini. Di samping itu, perilaku sombong yang cenderung selalu merasa benar akan sulit mengakui kesalahannya. Menurut Dewi, mereka cenderung gengsi untuk mengucapkan permintaan maaf. “Jangankan maaf, mengucapkan terima kasih saja mereka enggan,” katanya. Selain itu, tambah Dewi, kesombongan membuat seseorang merasa hanya dirinyalah yang lebih penting. Segala sesuatunya harus tentang dia, keinginannya dan pemikirannya. “Orang seperti ini inginnya aku, aku, dan aku,” ujarnya. Dalam sebuah hubungan, dia menilai, perilaku sombong ini bisa sangat merusak. Perilaku itu cenderung menciptakan jurang antara dua insan, mengeruhkan kepercayaan, dan mengganggu kenyamanan dalam hubungan. Kondisi tersebut bahkan bisa berbahaya bagi sebuah hubungan. Karena itulah, sarannya, dalam memilih pasangan, hendaknya ditelaah terlebih dahulu karakter dan kepribadian orang tersebut. Apalagi jika akan memutuskan melangkah ke jenjang pernikahan. Dipengaruhi Pola Asuh Ada beberapa faktor yang membuat orang punya perilaku sombong. Psikolog Dewi Widiastuti Lubis mengatakan faktor pertama adalah karena pola asuh yang seseorang terima sehingga membentuk karakternya. “Karena sifat anak kadang diturunkan oleh orang tuanya, termasuk pola asuh yang mereka terima,” ucapnya. Faktor lainnya adalah luka lama yang pernah dialami. Menurut Dewi, orang yang sombong bisa terjadi karena ketika kecil mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan, seperti sering dianggap tidak bisa, direndahkan, hingga diremehkan kemampuannya. Orang yang memiliki luka atau trauma seperti ini kadang disikapi dengan menunjukkan sikap sebaliknya. “Sering merasa tidak dianggap, pada akhirnya orang ini menunjukkan sikap sebaliknya. Ketika dewasa ia akhirnya menjadi sombong dan berbalik merendahkan orang lain,” kata Dewi. Dewi mengungkapka sombong merupakan ciri-ciri dari gangguan narsistik. Gangguan ini bisa disembuhkan, “Namun, akan sangat sulit. Sebab, gangguan ini sudah menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian itu mulai permanen ketika menginjak usia 14 tahun. Untuk mengubahnya, tentu agak berat,” katanya. Apabila seorang sadar dengan kepribadiannya yang narsistik tersebut, Dewi menyarankan agar orang ini dibantu agar mampu mengendalikan dirinya. Dukungan dari orang-orang sekitar, menurutnya sangat diperlukan. sti Orang dengan perilaku sombong biasanya memiliki kepribadian yang narsistik. Selain sombong, kepribadian narsistik juga terlihat pada kurangnya empati, dan keinginan dikagumi secara berlebih. Lantas bagaimana jika kepribadian itu ada pada pasangan sendiri? Oleh Siti Sulbiyah Setiap kali berselisih dengan istrinya, Doni bukan nama sebenarnya kerap mengungkit latar belakang pendidikannya. Dia merasa latar belakang pendidikan dan universitas tempat ia mengenyam pendidikan jauh lebih baik dari pasangannya itu. Hal ini membuat dirinya merasa lebih pintar dan paling benar. Kondisi ini pernah dialami oleh seorang pasien yang berkonsultasi dengan Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog. Dewi menyebutkan sikap seperti itu muncul karena kepribadian yang narsistik. Kepribadian ini terlihat dari perilaku yang sombong, kurangnya empati terhadap orang lain, dan keinginan yang berlebihan untuk dikagumi. Orang dengan kondisi ini sering digambarkan sebagai orang yang sombong, egois, dan cenderung merasa paling benar. “Sombong bisa dikatakan bagian dari gangguan narsistik. Dalam sebuah hubungan, pasangan yang punya kepribadian ini menganggap dirinya jauh lebih penting, selalu ingin dibanggakan, tetapi empatinya kurang ke orang lain,” jelasnya. Dewi mengungkapkan orang sombong akan merasa paling superior dari pada orang lain, dan dia tak segan-segan menunjukkan kesalahan dari orang-orang di sekitarnya. Orang dengan kepribadian ini juga cenderung suka merendahkan orang lain. Dewi Widiastuti Lubis,Psikolog Orang dengan perilaku sombong, lanjut Dewi, juga terlihat dari sulitnya menerima masukan atau kritik. Termasuk dari orang terdekat, tak terkecuali pasangan sendiri. Orang yang telah dikuasai oleh kesombongan cenderung terpaku pada dirinya sendiri dan bakal merasa direndahkan harga dirinya apabila mendapatkan saran dari orang lain. Justru ketika dikritik, orang seperti ini cenderung berbalik marah. “Setiap ada kritikan atau saran, dia mengelak, ada saja alasannya,” ucap psikolog yang praktik di RSJ Sui Bangkong Pontianak ini. Di samping itu, perilaku sombong yang cenderung selalu merasa benar akan sulit mengakui kesalahannya. Menurut Dewi, mereka cenderung gengsi untuk mengucapkan permintaan maaf. “Jangankan maaf, mengucapkan terima kasih saja mereka enggan,” katanya. Selain itu, tambah Dewi, kesombongan membuat seseorang merasa hanya dirinyalah yang lebih penting. Segala sesuatunya harus tentang dia, keinginannya dan pemikirannya. “Orang seperti ini inginnya aku, aku, dan aku,” ujarnya. Dalam sebuah hubungan, dia menilai, perilaku sombong ini bisa sangat merusak. Perilaku itu cenderung menciptakan jurang antara dua insan, mengeruhkan kepercayaan, dan mengganggu kenyamanan dalam hubungan. Kondisi tersebut bahkan bisa berbahaya bagi sebuah hubungan. Karena itulah, sarannya, dalam memilih pasangan, hendaknya ditelaah terlebih dahulu karakter dan kepribadian orang tersebut. Apalagi jika akan memutuskan melangkah ke jenjang pernikahan. Dipengaruhi Pola Asuh Ada beberapa faktor yang membuat orang punya perilaku sombong. Psikolog Dewi Widiastuti Lubis mengatakan faktor pertama adalah karena pola asuh yang seseorang terima sehingga membentuk karakternya. “Karena sifat anak kadang diturunkan oleh orang tuanya, termasuk pola asuh yang mereka terima,” ucapnya. Faktor lainnya adalah luka lama yang pernah dialami. Menurut Dewi, orang yang sombong bisa terjadi karena ketika kecil mendapatkan perlakuan yang kurang mengenakkan, seperti sering dianggap tidak bisa, direndahkan, hingga diremehkan kemampuannya. Orang yang memiliki luka atau trauma seperti ini kadang disikapi dengan menunjukkan sikap sebaliknya. “Sering merasa tidak dianggap, pada akhirnya orang ini menunjukkan sikap sebaliknya. Ketika dewasa ia akhirnya menjadi sombong dan berbalik merendahkan orang lain,” kata Dewi. Dewi mengungkapka sombong merupakan ciri-ciri dari gangguan narsistik. Gangguan ini bisa disembuhkan, “Namun, akan sangat sulit. Sebab, gangguan ini sudah menjadi sebuah kepribadian. Kepribadian itu mulai permanen ketika menginjak usia 14 tahun. Untuk mengubahnya, tentu agak berat,” katanya. Apabila seorang sadar dengan kepribadiannya yang narsistik tersebut, Dewi menyarankan agar orang ini dibantu agar mampu mengendalikan dirinya. Dukungan dari orang-orang sekitar, menurutnya sangat diperlukan. sti Jakarta - Sombong merupakan penyakit hati. Sikap sombong ini cenderung mengagungkan diri seraya meremehkan dan merendahkan orang lain. Faktor yang mendorong kesombongan paling besar adalah sikap ujub membanggakan diri , bisa karena ilmunya, harta, kedudukan, keluarga seperti keberhasilan putera-puterinya dan yang paling " halus " karena Al-Qur'an dan hadis telah disebutkan bahwa sikap sombong ini tidak disukai Gusti Allah. Dalam firman-Nya, " Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar." QS. al-A'raf [7] 146 . Dilanjutkan, " Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong." QS. an-Nahl [16] 23 . Kedua ayat ini Allah mengancam terhadap orang-orang yang berbuat sombong. Sebab, keagungan dan kesombongan hanya milik Mas'ud meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda," Tidaklah masuk neraka orang yang dalam hatinya terdapat iman kendati hanya sebesar biji sawi, dan tidaklah masuk surga orang yang dalam kalbunya terdapat kesombongan kendati hanya sebesar biji sawi." Diriwayatkan oleh Muslim . Peringatan oleh Rasulullah ini hendaknya dihindari, sikap sombong meskipun sekecil biji sawi di dalam hati akan menghindarkan seseorang masuk takabur pada sesama manusia bisa mendorong pada Sang Pencipta, seperti iblis yang tidak bersedia sujud pada Adam, padahal perintah sujud dari Sang Pencipta. Orang yang merasa dirinya lebih baik dari saudaranya, temannya dengan motivasi merendahkan dan meremehkan, atau orang yang menolak kebenaran sementara ia tahu bahwa itu adalah kebenaran, maka ia telah bersikap takabur pada sesama. Pada dasarnya kesombongan adalah pengagungan, dan pada hakikatnya kesombongan adalah congkak, membanggakan diri dan merendahkan orang mengupas beberapa sikap sombong yang dilandasi oleh 1. Harta dan Ketaatan dalam dan kedudukan bisa menjadi penyebab kesombongan seseorang, namun jika yang memegang harta dan kedudukan adalah orang yang tawadu', maka bisa menjadi wasilah sebagai amal kebaikan. Kehidupan dunia saat ini sering kita lihat seakan ada perlombaan jor-joran kekayaan, hal ini dengan menampakkan hartanya dalam bentuk mobil mewah, pakaian dan semua mendorong seseorang mengejar / menjadi tujuan untuk hidup mewah. Sekarang penulis amati untuk mengejar hal itu dilakukan melalui jabatan/kedudukannya, sehingga saat pilkada akan banyak diminati. Hal ini terbukti banyaknya pejabat dan kepala daerah yang berurusan dengan penegak hukum. Ternyata, bahwa " kedudukan " itu akan didatangi harta / mendatangkan harta. Dalam ajaran Islam yang dilarang adalah kenikmatan dunia yang sampai melupakan perintah dan larangan-Nya. Contohlah para sahabat Rasulullah, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abu Thalib dan Abdurachman bin Auff. Mereka berbuat dan menjadi saudagar, namun hasilnya diperuntukkan dengan peranan keluarga yang membuat seseorang bersikap sombong. Biasanya hal kecil yang secara tidak sadar atas kebanggaan prestasi putera-puterinya yang masuk kategori ranking satu. Dalam pembicaraan Ibu-ibu ketika mengantar anaknya ada obrolan, " Anakmu ranking berapa? Anak saya kebetulan dapat ranking satu. Prestasi ini bersifat fana dan sangat sementara, tanpa disadari Sang Ibu akan menggembleng anaknya untuk mempertahankan rankingnya dan tidak peduli si anak mengalami tekanan batin. Seseorang yang beriman akan menjadikan keluarga sebagai motivasi untuk berbuat amal yang berlandaskan ketaatan berbuat amal, ini yang paling berat dalam mengendalikannya. Ketika tetangga berqurban kambing sebanyak tiga ekor, dalam hatinya mengatakan saya masih lebih baik dengan berqurban dua ekor sapi. Dia lupa bahwa diterima tidaknya amalan tersebut ada di tangan Sang Khalik, bukan dari perasaannya. Keikhlasan yang menjadi faktor utama dalam melakukan perbuatan amal. Kita simak syair tentang kesombongan Pengagungan diri seraya sombong, kelebihan berbangga pada ilmunya, menuju sikap meremehkan pada yang akan mencela, bagi yang nasihat dengan tinggi diperintah melakukan kebenaran, ia akan diskusi, ia merendahkan pada yang tidak memenuhi ibarat dari langit, suci, bersih dan berbuah yg manis menjadi tambah pahit tambah turun pada orang yang sombong, maka ia akan makin turun pada yang tawadu', maka tambah tawadu'.Sombong akan sirna, jika ingat asal lumpur berasal dari tempat kotor air mani .Ingatlah kau, dari tiada menjadi Allah tuli, menjadikan bisu, menjadikan berbicara kau lahir lemah, dengan akal kau kuasai ilmu ilmu kau menjadi dasarnya kesombongan itu kesombongan adalah sikap ini, ingatlah firman-firman Allah yang kesombongan dan keagungan, semata milik Allah faktor yang melandasi seseorang bersikap sombong, yaitu harta dan kedudukan, keluarga dan ketaatan berbuat amal. Jika ketiganya berada di tangan seseorang yang beriman akan berganti menjadi " kekasih." Harta dan kedudukan merupakan kekasih pertama yang mengikuti tuannya sampai dicabutnya nyawa. Sedangkan keluarga adalah kekasih kedua yang mengikutinya sampai di kuburan. Amalan merupakan kekasih terakhir yang mengikutinya sampai Mahsyar. Maka, seseorang yang beriman akan menjadikan kekasih pertama sebagai wasilah untuk kekasih ketiga dan kekasih kedua akan difungsikan untuk memberi motivasi dan menjaga pada kekasih dalam kehidupan dunia yang makin komplek ini, kita harus mempunyai sikap teguh dalam menjaga akidah, agar kita termasuk golongan yang terhindar dari sikap sombong. Semoga menjadi golongan yang bisa mengharmoniskan serta mengoptimalkan kekasih ketiga melalui kekasih pertama dan RofiqSekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025Ketua Dewan Pembina HIPSI Himpunan Pengusaha Santri Indonesia *Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. -Terimakasih RedaksiSimak juga 'Menag Minta Tokoh Agama Beri Pencerahan Soal Vaksin Covid-19'[GambasVideo 20detik] erd/erd JAKARTA - "Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia." HR Muslim. Demikian peringatan keras Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang bersikap sombong. Banyak hal dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dikategorikan kesombongan. Celakanya, kerap kali kita tidak menyadarinya. Ulama terkemuka Arab Saudi, Syekh Muhammad Shalih al-Utsaimin, dalam bukunya, Halal Haram dalam Islam, mencontohkan beberapa sikap sombong, di antaranya membantah guru, memperpanjang pembicaraan, serta menunjukkan adab buruk kepadanya. "Bentuk kesombongan lain adalah menganggap rendah orang yang telah memberikan masukan kepadamu hanya karena dia berasal dari kalangan yang lebih rendah darimu," kata al-Utsaimin. Ini banyak menimpa para penuntut ilmu. Bila ada seseorang yang mengabarkan sesuatu sedangkan pemberi kabar itu posisi keilmuannya lebih rendah darinya, dia menganggap rendah berita itu dan tak mau menerimanya. Padahal, seperti termaktub dalam kitab Al-'Ilmi, ilmu akan menghindar dari orang yang sombong dan selalu merasa dirinya lebih tinggi dari yang lain. Ibarat air, ia selalu menghindari tempat yang tinggi. Sebab, tempat yang tinggi akan menyingkirkan aliran air ke kanan atau kiri dan tidak akan ada yang tergenang di atasnya. Begitu pula halnya dengan ilmu, tidak akan menetap bersama kesombongan dan keangkuhan, bahkan bisa jadi ilmu itu tercabut karena kesombongan tersebut. Karena sifat sombongnya, seseorang selalu menganggap apa yang diucapkannya benar, sedangkan orang lain salah. Orang sombong, menurut al-Utsaimin, biasanya gila pujian. Jika mengetahui banyak orang memujinya, ia girang bukan main dan bertambahlah keangkuhannya. Selain karena merasa banyak ilmu, tak sedikit pula orang yang menjadi sombong lantaran banyak harta. Namun, ada pula orang yang tidak kaya alias miskin tapi masih saja sombong. Tentang hal ini, Rasulullah SAW juga memberi peringatan lewat sebuah Hadis "Orang fakir yang berlaku sombong termasuk orang-orang yang tidak akan diajak berbicara oleh Allah pada hari kiamat. Allah juga tidak akan menyucikan, tidak akan memandang mereka, dan bagi mereka azab yang pedih." HR Muslim. Seorang yang alim atau memiliki pengetahuan agama yang baik, menurut al-Utsaimin, tidak selayaknya bersikap seperti orang kaya, di mana setiap kali bertambah ilmunya bertambah pula kesombongannya. Mestinya, setiap kali bertambah ilmu bertambah pula tawadhunya rendah hati. Contohlah akhlak Nabi Muhammad SAW. Beliau senantiasa tawadhu pada kebenaran dan tawadhu pula kepada sesama. Lantas, jika suatu kali terjadi benturan antara tawadhu pada kebenaran dan tawadhu pada manusia, manakah yang harus diutamakan? Mengutip kitab Al-'Ilmi, al-Utsaimin menegaskan, tawadhu pada kebenaran lebih diutamakan. "Misalnya, jika ada orang yang mencela kebenaran dan merasa bangga bermusuhan dengan orang yang mengamalkan kebenaran, maka dalam kondisi ini engkau tidak boleh bersikap tawadhu kepadanya. Debatlah orang itu sekali pun ia menghina atau memakimu. Bagaimanapun engkau harus menolong kebenaran." sumber Dialog Jumat Republika

sombong terhadap orang sombong